HEADLINE NEWS

Senin, 13 Juni 2011

Survey LSI: Publik Percaya Petinggi Demokrat Terlibat Suap!

Jakarta: Survei oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan publik percaya bahwa petinggi Partai Demokrat terlibat di dalam kasus suap proyek wisma atlet SEA Games yang mengaitkan dengan kader Demokrat M Nazaruddin.

Dalam survei ini, terdapat tiga nama petinggi Partai Demokrat yang diduga terlibat dalam kasus tersebut. Yakni, M Nazaruddin, Andi Malarangeng, dan Angelina Sondakh. "53,7% responden percaya Nazaruddin terlibat dan 19,1% tidak terlibat. 40,2% percaya Andi Malarangeng terlibat dan 33,5% tidak percaya. Sebanyak 33,5% publik percaya Angelina Sondakh terlibat dan 30% tidak percaya terlibat," jelas Direktur Eksekutif LSI, Denny JA di Jakarta, Minggu (12/6/2011).

Menurut Denny, dari survei 'Blunder Politik Demokrat, Kasus Nazaruddin dan Perubahan Dukungan Partai' tersebut, sebanyak 43% percaya "45,3 persen percaya petinggi Demokrat terlibat, dan sebanyak 25,1% tidak percaya petinggi Demokrat terlibat.

Survei ini mulai dilakukan dari 1 Juni 2011 hingga 7 Juni 2011, menggunakan multi stage random sampling terhadap 1.200 responden serta margin error kurang lebih 2,9 persen.

Hasil survey juga memperlihatkan bahwa publik tidak percaya dengan keseriusan Partai Demokrat (PD) untuk membantu penuntasan kasus yang melibatkan mantan Bendahara Umum PD M Nazaruddin. Ketidakpercayaan ini muncul salah satunya disebabkan karna tak kunjung pulangnya Nazaruddin ke tanah air, meskipun telah ada instruksi dari Ketua Dewan Pembina PD, SBY.

"41,2 persen publik menilai Demokrat kurang tegas, 22,6 persen menilai tegas," kata Denny.

"Lebih banyak pemilih mengatakan PD kurang tegas dalam menyelesaikan kasus Nazaruddin. Ini menunjukan perintah dari Dewan Pembina yang dihormati sepertinya tidak didengar," terang Denny.

Kegagalan anggota partai yang telah dibentuk dan ditunjuk untuk menjemput Nazaruddin, ujar Denny, membawa tanda tanya besar kepada publik dan menganggap Nazaruddin bak Superman.

"Apakah di Singapura Nazaruddin menyimpan kotak pandora elit partai, sehingga dia mempunyai bargaining power dalam kasusnya," tanya Denny.

Hasil survei juga menyebutkan sebanyak 42,4 persen publik menjadikan pertimbangan kasus Nazaruddin dalam memilih Demokrat di Pemilu mendatang. Sementara hanya 10,9 persen tidak menjadikan kasus Nazaruddin menjadi patokan untuk memilih partai yang diusung di hajat demokrasi periode mendatang.

"Lebih banyak pemilih yang menjadikan kasus korupsi di Menpora atau Nazaruddin pertimbangan untuk memilih Demokrat," kata Denny.

Selain itu, hasil survei LSI menyebutkan, sebanyak 41 persen responden mendengar kasus korupsi pembangunan wisma atlet untuk Sea Games di Palembang, dan 36,5 persen menyatakan tidak pernah mendengar kasus itu.

"52,3 persen responden yang pernah mendengar kasus korupsi di Kemenpora ada 52,3 persen dan 31,4 ada di desa. Ini menjadi isu elitis yang beredar di perkotaan," sebutnya.

Lantas siapa yang diuntungkan dengan kondisi seperti ini? Hasil survey ini menyimpulkan bahwa kejadian yang menimpa mantan Bendahara Umum Partai Demokrat (PD), M Nazaruddin berdampak pada menurunnya suara PD hingga 5 persen. Menurunnya jumlah pemilih PD ini diyakini memberi keuntungan terbesar pada Partai Golkar.

"Golkar diuntungkan atas adanya kasus Nazaruddin. Kenapa Golkar? Karena Golkar punya platform menyerupai PD. Jadi dia ini tidak ideologis maupun agama, tapi di tengah-tengah," ujar Denny.

Denny mengatakan, 5 persen suara PD yang 'lari' karena kasus Nazaruddin akan berpindah ke sejumlah partai. Berdasarkan hasil survei, 40 persen dari penurunan suara itu akan berpindah ke Partai Golkar, 9 persen ke PDI Perjuangan, 12 persen ke partai lain, dan 39 persen mengambang.

Dengan penurunan suara PD akibat menyeruaknya kasus Nazaruddin, Denny JA yakin jika PD saat ini tidak lagi memimpin perolehan suara tertinggi seandainya dilakukan pemilihan hari ini.

"Untuk pertama kalinya sejak 2009 Demokrat tidak nomor 1. Golkar kini menjadi partai dengan dukungan tertinggi. Bila kasus Nazaruddin tidak diatasi, maka Demokrat akan terus jatuh," terangnya.

Denny menyebutkan, hasil survei untuk suara terkini, Partai Demokrat pada Januari 2011 meraih dukungan 20,5 persen kini pada Juni 2011 hanya memperoleh 15,5 persen. Sedangkan Partai Golkar pada Januari 2011 hanya 13,5 persen, kini menanjak menjadi 17,9 persen. Lalu PDIP pada Januari 2011 suara berkisar 12 persen, pada Juni 2011 mencapai 14,5 persen.

"Kasus Nazaruddin dan korupsi di Kemenpora membuat PD menjadi satu-satunya partai papan atas yang merosot. Golkar naik signifikan. Di samping limpahanan suara dari Demokrat, juga karena program bersama bangkitkan usaha kecil yang digalangnya," jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar