HEADLINE NEWS

Rabu, 15 Juni 2011

Nazaruddin Membelah & Menyudutkan Demokrat

Jakarta: Kasus hukum yang dihadapi mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin memicu konflik di internal partainya kian meruncing. Bahkan muncul isu Kongres Luar Biasa (KLB)

Hingga saat ini DPP Demokrat belum menerima informasi mengenai kondisi dan keberadaan Nazaruddin. Sebelumnya, tim komunikasi Sutan Bhatoegana menyebut telah hilang kontak sejak adanya pemanggilan KPK terhadap anggota Komisi VII DPR ini.

Menurut analis Burhanuddin Muhtadi dari Lembaga Survey Indonesia (LSI), isu Nazaruddin langsung menusuk jantung kredibilitas Demokrat. "Jika Demokrat ingin mengembalikan kepercayaan publik terhadap citra bersih dan integritas dari korupsi mereka harus membuktikan, memulangkan Nazar untuk segera mengikuti proses penegakan hukum di KPK.” ujarnya kemarin.

Sejauh ini, terhadap dua kali pemanggilan KPK terhadap Nazaruddin, dua kubu di tubuh Partai Demokrat makin berbeda sikap. Meski Anas menyebut tak ada kubu-kubuan di Demokrat, namun para analis politik melihat dua kubu itu nyata bersaing dan bersitegang.

“Isu kongres luar biasa menggelinding sebagai efek samping dari kedua kubu yang saling bersaing. Demokrat tidak solid amat, ada perpecahan yang konkrit di dalamnya, namun masih bisa bernaung dalam payung SBY sebagai Ketua Dewan Pembina,” kata sosiolog muda UIN Jakarta Abas Jauhari MA.

Kini menggelinding isu baru bahwa Demokrat akan menyelenggarakan Kongres Luar Biasa (KLB) untuk mengganti kepemimpinan Anas Urbaningrum. Isu ini makin kencang, terlebih ada kasus M Nazaruddin ini.

Marzuki Alie, Ketua DPR, menyatakan pihaknya tak ingin ada kongres luar biasa, meski ia mungkin tak berdaya jika gelombang pasang kalangan internal Demokrat menghendakinya.

Para analis menilai, jika kongres luar biasa (KLB) yang bertujuan melengserkan Anas Urbaningrum jadi digelar Demokrat, maka malah terkesan memperlihatkan kerapuhan Demokrat itu sendiri.

"KLB justru membuat Demokrat terlihat rapuh. Demokrat ini memang baru lahir pada 2004 sehingga belum teruji untuk mengelola konflik, beda dengan partai lainnya yang lebih dulu ada," kata pengamat politik UGM Arie Sudjito.

Namun isu KLB itu terus mencuat sebagai efek lanjut akibat ketidakhadiran Nazaruddin, salah satu elit Demokrat yang tidak mau mendatangi panggilan KPK dan justru ada di luar negeri. Situasi itu akan menimbulkan spekulasi liar yang merugikan Partai Demokrat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar