HEADLINE NEWS

Senin, 18 April 2011

Syarif Ngebom Masjid Mapolresta Cirebon Tidak Sendirian

Teka-teki soal kebenaran identitas pelaku teror bom di Masjid Adz-dzikra Mapolresta Cirebon, Jawa Barat akhirnya terjawab. Senin (18/4), pihak Polri memastikan pelaku teror bom itu adalah Muhammad Syarif alias Mochamad Sarip.
Hasil itu diungkapkan berdasarkan tes DNA terhadap pelaku teror bom, yang telah dibandingkan dengan DNA orang tua Muhammad Syarif, Abdul Gofur dan Srimulat."Iya 100 persen, sudah bandingkan DNA-nya dengan bapaknya, Abdul Gofur, dan ibunya, Srimulat. Hasilnya identik," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar, di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin (18/4).
Seperti diberitakan, bom bunuh diri meledak di Masjid Adz-Dzikra di Mapolres Cirebon Kota, Jawa Barat, Jumat (15/4), menewaskan pelaku dan mengakibatkan 28 orang luka-luka.
Berdasarkan ciri-ciri pelaku, Polri menetapkan M Syarif sebagai tersangka pelaku bom bunuh diri. Dugaan terlibatnya Syarif dalam bom bunuh diri di Mapolres Cirebon Kota, mengemuka setelah salah satu kerabatnya, Elang Rasyid mengenali wajah pelaku bom tersebut mirip keponakannya.
Identitas warga Jalan Pekalipan Kota Cirebon ini diketahui setelah SIM atas nama dirinya ditemukan di lokasi tempat pembunuhan sadis Kopral Sutejo di Jalan Raya Talun, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Sedangkan menurut Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam, dalam melakukan aksinya Syarif tidak bekerja sendirian. "Ya enggak, masak sendiri," ujar Anton Bachrul Alam, di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin (18/4/2011).
Tim Detasemen Khusus Antiteror 88 Polri kini telah memburu pelaku lainnya, yang diduga terlibat dalam aksi terorisme bom ini. Sebanyak 30 saksi yang telah diperiksa termasuk istri, orang tua, dan adik M Syarif, Namun para saksi belum diindikasikan terlibat. "Dari keluarga belum ada (yang ditetapkan sebagai tersangka, Red)," imbuh Anton.
Siapakah sebenarnya Syarif? Muhammad Syarif adalah kakak dari pemain sinetron sebuah stasiun televisi swasta. "Adiknya Muhammad Syarif main sinetron di televisi, itu loh yang judulnya "Air Mata Surga"," kata Supandi, Ketua RT 003/06, Kelurahan Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, Cirebon, Sabtu (16/4).
Menurut Supandi, Syarif adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Ketiga kakaknya yaitu Diana, Lis Ambarwati dan Suherman. Ia memiliki adik Nurlela, Basuki, Imam Aji dan Muhammad Fatoni. "Imam Aji, anak nomor tujuh itulah yang pemian sinetron," kata Supandi. "Juga bintang iklan telepon seluler."
Menurut dia, tetangga sekitar rumahnya mengenal Syarif sebagai sosok yang sering marah kepada keluarganya. Dia bersama ibu dan saudara-saudaranya tinggal di Pekalipan sejak 1999. Ayahnya, Gofur (60 tahun), tak tinggal di rumah itu karena sudah bercerai dengan ibunya, Ratu Srimulat, 56 tahun. "Selain suka marah, Syarif mudah terpengaruh dan agak lemah pikir," kata Supandi.
Sementara itu Gerakan Antipemurtadan dan Aliran Sesat Forum Umat Islam (Gapas FUI) mengenal Muhammad Syarif sebagai sosok yang aktif ikut demonstrasi menentang keberadaan Ahmadiyah. "Saya kenal Muhammad Syarif. Tapi dia bukan anggota Gapas ataupun FUI. Kalau ada kegiatan dia biasa ikut," aku Ketua Gapas FUI Andi Mulya via telepon pada Program Breaking News, Sabtu (16/4) petang.
Semula Andi ragu benar-tidaknya sosok Syarif pada foto yang dirilis Mabes Polri. "Saya mengenal dan tahu. Saya yakin dia di foto itu Muhammad Syarif. Kelihatan dari matanya," jelas Andi.
Semasa hidup prilaku Syarif terbilang janggal. Bisa jadi, aku Andi, karena latar belakang keluarganya berantakan. "Saya tahu dia bermasalah, bahkan di masjid. Jemaah di sana pernah mau menggebuki dia. Akhirnya saya nasihati, saya bawa ke pengajian-pengajian," terang Andi.
"Prilakunya tak bisa diubah, prilakunya begitu seperti orang stres. Ketemu juga hanya di pengajian-pengajian atau demo. Sempat pisah dengan saya beberapa bulan. Tahu-tahu yah gitu, menyerang polisi, memukul-mukul bus. Kita tidak pernah seanarkistis model dia," umbar Andi Mulya.
Andi juga mengakui dekat dengan adik kandung Syarif. Selama ini, lanjut Andi Mulya, teman-teman Syarif di Cirebon tak ada yang ikut kelompoknya. Dalam sebuah wawancara di sebuah stasiun televisi, Senin (18/4), Gofur, ayah Syarif, menduga anaknya yang sudah sekitar sepuluh tahun tidak pernah pulang itu bergabung dengan Pondok Pesantren Ngruki pimpinan Abubakar Ba’asyir.
Namun Ba’asyir ketika dikonfirmasi justru membantah. Ia mengaku tidak pernah kenal dengan Syarif. "Saya justru baru melihat wajahnya di situ (televisi). Kalau ada yang menghubung-hubungkan dengan saya, itu mungkin kelompok musuh," ujar Ba'asyir sebelum sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jl Ampera Raya, Jakarta, Senin (18/4).
Tokoh yang kini menjadi tersangka kasus terorisme itu malah menduga Syarif tengah mengalami kelainan jiwa. "Terkait pelaku itu kelainan jiwa, nampaknya agak cocok. Karena tidak mungkin seorang pemuda yang mengerti agama melakukan itu," ujarnya.
Menurut Ba'asyir, membom saat sedang salat menyalahi aturan dalam agama Islam. Di dalam Al-Qur'an dan Hadist juga tidak ada aturan yang membolehkan membom apalagi saat sedang salat. "Yang jelas saya tidak melihat dalam dalil syar'i, yang boleh melakukan itu. Orang sedang salat kok dibom. Yang jelas itu menyalahi agama," kata Ba'asyir.
Seandainya Syarif memiliki kelompok, Ba'asyir menduga jika kelompok itu merupakan kelompok musuh Islam yang memanfaatkan pria itu. Menurut Ba'asyir, Syarif didoktrin dan diberi pelajaran membom untuk memperkeruh situasi. "Dari syar'i itu peringatan Allah kepada umat Islam, termasuk penjahat-pejahatnya di Indonesia. Jadi itu merupakan bencana karena umat Islam tidak mau mengatur negara dengan hukum Islam. Jadi ada bencana aneh-aneh mulai dari Merapi, bencana ulat, bencana pertengkaran di Kebumen, Pokoknya banyak bencana termasuk bom ini," terang ustad Ponpes Ngruki ini.
Ba'asyir menduga, berita miring antara dirinya dengan Syarif hanyalah untuk menjelek-jelekkan dirinya. Ba'asyir menduga, Syarif dimanfaatkan oleh pihak lain. "Saya setuju dengan salah seorang ustad yang mengatakan di televisi, dia itu ada kelainan jiwa dan pelaku itu dimanfaatkan oleh musuh. Itu kecurigaan saya," papar dia.
Ba'asyir menambahkan, jika ada yang menghubung-hubungkan bom Cirebon dengan kegiatan latihan senjata di Aceh, hal itu hanya pikiran Densus 88. "Jadi itu agar saya bisa dihukum sesuai dengan kehendak Amerika, majikannya Densus," cetus Ba'asyir.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar