HEADLINE NEWS

Senin, 25 April 2011

Benarkah Jual Bintang Porno Termasuk Penipuan?

Sebuah surat pembaca dilayangkan seseorang bernama Balawi ke surat pembaca situs Lembaga Sensor Film (LSF). Dalam surat yang dikirim 31 Maret 2011, Balawi protes terhadap pembuat film yang mengajak artis porno, seperti Miyabi dan Shasa Grey main di film Indonesia.
Balawi khawatir para remaja akan penasaran dengan nama-nama artis porno tersebut dan akan mencarinya lewat internet. Dia menuding para pembuat film sengaja memperkenalkan arti-artis porno untuk merusak moral bangsa atau hanya mencari materi semata.
Surat itu pun lalu dibalas LSF dengan menyatakan, film-film dengan bintang-bintang seperti yang disebutkan Balawi telah lulus sensor dengan klasifikasi 'dewasa'. Untuk itu LSF balik meminta orang tua atau keluarga untuk mengarahkan anak-anak mereka untuk tidak masuk ke bioskop yang menayangkan film klasifikasi 'dewasa'.
Ketua LSF Mukhlis Paeni saat dihubungi detikcom tidak bisa memberikan penjelasan terkait maraknya artis-artis porno Asia dan Hollywood yang main film di Indonesia. Mukhlis menyatakan, sedang mengikuti rapat di Maluku.
Sementara mantan anggota LSF Ilham Bintang mengatakan, LSF tidak bisa berbuat banyak terkait serbuan artis porno yang main film di Indoneia. Sebab fungsi LSF hanya memotong film-film yang dianggap vulgar atau mengundang SARA. Sementara pemain filmnya tidak menjadi bidang tugas LSF.
"Kalau ada bintang porno main film pakai jilbab apa bisa LSF sensor? Tentu tidak bisa. Jadi masalah ini murni menyangkut pola pikir pembuat filmnya," jelas Ilham.
Menurut Ilham, pola pikir para pembuat film di Indonesia saat ini terlihat masih seperti dahulu. Yakni masih mengandalkan eksploitasi seks, meskipun dengan bentuk berbeda. Salah satunya dengan menjual nama artis porno dari luar yang sudah ngetop supaya film yang dibintanginya banyak ditonton orang.
Kata Ilham, pelibatan artis porno dalam film hanyalah trik produser. Bahkan Ilham pun menuding, cara seperti ini bisa dikategorikan pembohongan atau penipuan publik. Sebab mereka hanya berupaya menyeret penonton untuk berimajinasi terhadap artis porno tersebut. Meskipun filmnya biasa-biasa saja.
Namun para produser yang mendatangkan artis-artis porno tersebut tidak mau disalahkan. Mereka berkilah film yang mereka buat biasa-biasa saja. Katanya film itu tidak mengandung unsur seks, sekalipun melibatkan artis porno.
"Film yang kami garap biasa-biasa saja. Lagi pula yang artis yang kami libatkan adalah mantan artis porno. Jadi bukan artis porno," sanggah Produser Maxima Picture Ody Mulya Hidayat.
Maxima mendatangkan tiga bintang film porno Jepang yakni Maria Ozawa, Rin Sakuragi, dan Sola Aoi.
Bantahan senada juga dikatakan Produser K2K Production KK Dheraj yang memboyong artis porno asal Amerika Serikat (AS), seperti Shasa Grey dan Tera Patrick untuk main film Indonesia.
Menurut , Sasa Grey dan Terra selain main film porno juga main di film-film yang diproduksi Hollywood. "Terra dan Shasa itu artis Hollywood. Jadi apa masalahnya mereka main film di sini," ujar KK Dheradj kepada detikcom.
Diakui Dheradj, pihaknya berharap dengan melibatkan Tera dan Shasa main film bisa mendongkrak jumlah penonton. Soalnya, kata Dheraj, kedua artis tersebut dianggap punya fans banyak di Indonesia.
Meski demikian, Deradj tidak mau membocorkan berapa biaya yang dikeluarkan K2K untuk memboyong kedua artis porno asal AS tersebut. "Harganya sangat mahal. Pokoknya miliaran rupiah deh," jelas pengagum film 'Laskar Pelangi' itu.
Apapun alasan para produser yang memboyong artis-artis porno main film di Indonesia banyak menuai kritikan. Pasalnya, munculnya nama-nama artis porno tersebut bisa mengundang penasaran masyarakat, terutama remaja.
Seperti keluhan Baawi dalam surat pembacanya, para remaja dikhawatirkan akan mencari film biru yang diperankan artis-artis tersebut di internet untuk menghilangkan rasa penasaran mereka.
Sedangkan film yang diperankan artis tersebut di bioskop, jumlah penonton tidak seberapa. "Paling yang nonton hanya 300 ribu orang. Sebab penggemar film horor seperti ini sangat terbatas," kata Ilham Bintang, mantan anggota LSF 1994-1997.
Lebih lanjut Ilham mengatakan, maraknya artis-artis porno main film di Indonesia merupakan kegagalan tokoh-tokoh reformis film. Tokoh film seperti Riri Reza dan Mira Lesmana diharapkan bisa menularkan ide dan gagasan cerdas kepada pelaku film.
Sementara sutradara Garin Nugroho menilai serbuan bintang film porno ke Indonesia akibat sistem yang buruk. Semua pengusaha dan kalangan berusaha survive dengan berbagai cara termasuk melakukan naturalisasi dalam dunia film dan sepakbola.
"Tentunya ini kan hanya kepentingan survival dan alasan ekonomi saja. Semua akan berlomba-lomba membuat film yang cepat mendapatkan untung," kata Direktur Yayasan SET itu.
Garin juga mengkritik sikap masyarakat yang mendua, semakin dilarang menonton sebuah film justru semakin penasaran ingin menontonnya. "Ya kalau memang produksi film itu tidak bagus, ya jangan ditonton," tegas Garin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar