HEADLINE NEWS

Senin, 18 April 2011

Ulat Bulu Menyebar ke Seluruh Bali

Bila Anda gemar berwisata ke Bali, kali ini perlu untuk berhati-hati. pasalnya, penyebaran wabah ulat bulu di Pulau Dewata itu sudah merambah ke seluruh kabupaten/kota di provinsi itu. Serangan hama ulat bulu terakhir ditemukan Desa Ungasan, Kabupaten Badung.
"Kasus terakhir yang ditemukan petugas, ulat bulu menyerang tanaman pohon warga di Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung," papar Kadis Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, I Gusti Made Putra Suryawan, Senin, 18 April 2011.
Berdasar penuturan warga kepada petugas, keberadaan ulat bulu baru diketahui hari ini, ketika mereka mengamati tanaman pohon yang tumbuh di sekitar pekarangan. Ada 12 pohon mangga milik warga yang telah dihinggapi ulat bulu. Masing-masing pohon terdapat sekira 46 ekor ulat.
Mengetahui serangan serangga itu, warga langsung melakukan tindakan pembasmian dengan cara tradisional yakni membakar ulat dengan daun kelapa.
Suryawan mengaku mendukung pola pengendalian yang tidak merusak ekosistem lingkungan tersebut. "Masyarakat kami imbau agar mengedepankan cara tradisional dan alamiah, jangan melakukan tindakan berlebihan misalnya dengan membakar tanaman yang telah diserang ulat bulu," kata Suryawan didampingi Kabag Publikasi dan Dokumentasi Pemprov Bali, I Ketut Teneng.
Selain itu ia juga mengimbau bagi warga yang menemukan kasus ulat bulu di wilayah mereka agar segera menghubungi petugas pengendali hama, sehingga bisa diambil tindakan tepat dan cepat.
Dikatakan dia, Pemprov Bali melalui Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan secara maraton melakukan pemantauan perkembangan kasus meningkatnya populasi ulat bulu di 9 kabupaten/kota. "Selama tiga hari di lapangan, kami menemukan ada 10 jenis ulat bulu yang saat ini tengah diteliti pihak Universitas Udayana," sebutnya.
Suryawan menegaskan, kasus ulat bulu di Bali belum begitu mengkhawatirkan. Dalam istilah pertanian, kasus ulat bulu yang terjadi di Bali baru tingkat peringatan bahaya atau ancaman. Serangan hama ulat bulu, sambungnya, baru berbahaya dan mengancam jika telah mengakibatkan tanaman puso, hingga menurunkan produksi dan menimbulkan wabah penyakit bagi manusia.
Ia kembali mengimbau masyarakat agar tidak panik. Karena sejauh pengamatannya, kasus ulat bulu di Bali berbeda dengan yang terjadi di daerah lainnya di Indonesia.
Masyarakat diminta terus melakukan upaya-upaya biologis guna pengendalian ulat bulu. Caranya, dengan mempertahankan populasi burung pemakan ulat dan tidak mengambil telur semut rangrang secara berlebihan. Sebab, burung dan semut rangrang atau semut merah merupakan predator ulat bulu yang efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar